Selasa, Juli 20, 2010

Senandoeng Radja Ketjil - Antologi Puisi 15 Penyair Angkatan 1970 dan 1980-an

BEREDAR AKHIR AGUSTUS 2010:
SENANDOENG RADJA KETJIL,
ANTOLOGI 15 PENYAIR

Buku antologi puisi yang menghimpun hampir 150 puisi karya 15 penyair yang menulis di tahun 1970 dan 1980-an.
Ke-15 penyair itu adalah: ADRI DARMADJI WOKO, B. PRIYONO, DHARMADI, DHARNOTO, EDI SEDYAWATI, EKA BUDIANTA, HANDRAWAN NADESUL, HENDRY CH BANGUN, KURNIAWAN JUNAEDHIE, LINDA DJALIL, N. SYAMSUDDIN CH HAESY, OEI SIEN TJWAN, PRIJONO TJIPTOHERIJANTO, RAHADIA ZAKARIA dan WAHYU WIBOWO. Kaver rancangan: AANT S KAWISAR.
.
Apa komentar pengamat sastra MAMAN S MAHAYANA tentang buku puisi ini? "Mencermati nama-nama penyairnya, tak pelak lagi, mereka orang-orang mapan. Kiprahnya dalam peta perpuisian Indonesia, juga sudah tak asing lagi, bahkan sebagian besar telah ikut mewarnai dinamika kesusastraan Indonesia tahun 1980-an. Jadi, sesungguhnya mereka, secara sosial—ekonomi, bukan kelompok marjinal dan tak pernah kehabisan pekerjaan. Bahkan, beberapa di antaranya, para pencipta pekerjaan dan membaginya kepada orang lain lantaran kelebihan pekerjaan. Mereka juga tergolong penyair senior. Penyair yang hampir semuanya lahir lewat seleksi alam yang sangat ketat dan melalui persaingan yang begitu angkuh. Jika di antara mereka ada yang bermain di facebook, boleh jadi itu sekadar menunjukkan kemurahan hatinya untuk bertegur sapa dengan generasi yang datang kemudian. Bukankah sebagian besar dari mereka menjadi penyair, jauh sebelum facebook menjadi wadah penampungan aneka curhat yang seolah-olah ditulis dalam bentuk puisi?
.
Sekarang boleh kita bertanya: apa maunya orang-orang mapan ini berhimpun dan bersepakat menerbitkan puisi? Seolah-olah, mereka seperti hendak kembali ke masa lalu dan memelihara nostalgia tahun 1980-an ketika kiprah mereka menulis puisi diyakini sebagai panggilan berkebudayaan. Jangan-jangan, mereka ingin menghadirkan lagi popularitas yang kini disalip generasi pascareformasi! Tentu saja tidak. Bukankah nama-nama mereka, hampir semuanya sudah tercatat dalam sejarah sebagai generasi penting dalam peta puisi Indonesia tahun 1980-an. Bukankah dalam perjalanan sejarah apa pun, termasuk sejarah kesusastraan Indonesia, tak ada persoalan dengan urusan salip-menyalip, lantaran itu sudah menjadi keniscayaan. Bukankah lagi, predikat penyair atau sastrawan, melekat seumur hidup selama ia terus berkarya? Jadi, bukan perkara popularitas. Lalu, begitu pentingkah puisi bagi mereka, hingga memaksa mereka “turun gunung”. Setelah sekian lama seperti berdiam lantaran mengurusi pekerjaan lain atau kegiatan lain yang secara materi lebih menjanjikan, tiba-tiba mereka menyeruak kembali dan ikut mewarnai dinamika kesusastraan kita dewasa ini?
.
Itulah misteri puisi! Magnetnya sering kali lebih menimbang perkara rohani, ketimbang sesuatu yang artifisial, yang bisa dihitung secara matematis. Secara materi, sangat boleh jadi, puisi (di Indonesia) tak dapat mengundang keuntungan finansial, bahkan lebih mungkin, malah berkorban untuk itu. Jika begitu, untuk apa mereka bersusah payah (membuang waktu, tenaga, dan materi), padahal puisi adalah reputasi masa lalu mereka? Untuk menjawabnya, saya kutip pernyataan Michel Foucault yang menyitir gagasan Pascal: “Manusia pastilah demikian gilanya, sehingga –kalaupun ia tidak gila—tetap dianggap gila dari sudut pandang kegilaan yang lain.”
.
Tebal: 260 halaman, kertas bookpaper 90 gr., buku antologi puisi ini diterbitkan atas kerjasama Penerbit KosaKataKita dengan PT Jamsostek.
-

1 komentar:

  1. 2X3 is Titanium's expensive. So long the price tag of a
    At the start of 2020, a septcasino company called Diamond Team acquired a company called Diamond Team. The omega seamaster titanium company titanium max trimmer took titanium oxide formula the opportunity to build titanium cookware a 2X3 gaming

    BalasHapus